Hubungan terapeutik perawat dengan klien




Secara umum tujuan hubungan terapeutik adalah untuk perkembangan klien ( Stuart dan Sundeen, 1987.h.96) yaitu:
  1. kesadaran diri, penerimaan diri, dan penghargaan diri meningkat.
  2. pengertian yang jelas tentang identitas diri dan integrasi diri ditingkatkan.
  3. kemampuan untuk membina hubungan intim, interdependen, pribadi dengan kecakapan menerima dan memberi kasih sayang.
  4. menigkatkan fungsi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pribadi yang realistis

Di dalam hubungan terapeutik perawat-klien, perawat memakai dirinya sebagai terapeutik dalam membantu klien, perlu mengenal dirinya, termasuk perilaku, perasaan, pikiran, dan nilai agar asuhan yang diberiakan tetap berkualaitas dan menguntungkan klien.

Analisa diri perawat

Perawat merupakan profesi yang menolong manusia untuk beradaptasi secara positif terhadap stres yang dialami. Pertolongan yang diberikan harus bersifat terapeutik. Instrumen utama yang dipakai adalah analisa diri perawat sendiri. Jadi, analisa diri perawat merupakan dasar utama untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Fokus analisa diri ysng penting adalah kesadaran diri, klarifikasi nilai, eksplorasi perasaan, kemampuan menjadi model dan rasa tanggung jawab. Apalagi jika berhubungan dengan klien anak, perawat perlu mengkaji pengalaman masa kanak-kanak karena dapat mempengaruhi interaksi. Dengan mengetahui sifat diri sendiri diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara terapeutik untuk menolong klien tanpa merusak integritas diri.

Kesadaran Diri

Perawat pendapat mengatakan bahwa perawat  perlu menjawab pertanyaan ”siapa saya”. Perawat harus dapat mengkaji perasaan, reaksi dan perilakunya secara pribadi maupun sebagai pribadi maupun sebagai pemberi perawatan. Kesadarn diri akan membuat perawat menerima perbedaan dan keunikan klien.
Kesadaran diri dan perkembangan diri perawatperlu ditingkatkan agar penggunaan diri secara terapeutik dapat lebih efektif. Johari window mengggambarkan tentang perilaku, pikiran, perasaan seseorang melalui gambar berikut.

1
diketahui diri sendiri dan orang lain
2
hanya diketahui orang lain
3
hanya diketahui oleh diri sendiri
4
tidak diketahui oleh siapapun

Kuadran 1 adalah kuadran yang terdiri dari perilaku,pikiran dan perasaaan yang diketahui oleh individu dan orang lain disekitarnya. Kuadran 2 sering disebut kuadran buta karena hanya diketahui oleh orang lain. Kuadran 3 disebut rahasia karena hanya diketahui oleh individu. Ada 3 prinsip yang dapat diambil dari Johari Window yaitu:
1.      perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain
2.      jika kuadran 1 yang paling kecil berarti komunikasinya buruk atau kesadaran dirinya kurang.
3.      kuadran 1 paling besar pada individu yang mempunyai kesadaran diri yang tinggi.

Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui tiga cara, yaitu:
  1. mempelajari diri sendiri.
  2. belajar dari orang lain
  3. membuka diri

Klarifikasi Nilai

Walaupun hubungan perawat klien merupakan hubungan timbal balik tetapi kebutuhan klien selalu diutamakan. Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan dan rasa aman yang cukup, sehingga tidak menggunakan klien untuk kepuasan dan keamanannya.
Jika perawat mempunyai konflik, ketidakpuasan, sebaiknya perawat menyadari dan mengklarifikasi agar tidak mempengaruhi keberhasilan hubungan perawat-klien.
Dengan menyadari sistem nilai yagn dimilki perawat, misalnya kepercayaan,seksual , ikatan keluarga, perawat akan siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan sistem nilai yang dimiliki.

Eksplorasi Perasaan

Perawat perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya, dan mengontrolnya agar ia dapat menggunakan dirinya secara terapeutik .
Jika perawat terbuka pada perasaannya maka ia mendapatkan dua informasi penting yaitu bagaimana penampilannya pada klien. Sewaktu berbicara dengan klien, perawat harus menyadari responnya dan mengotrol penampilannya.

Kemampuan Menjadi Model

            Perawat yang mempunyai masalah pribadi, seperti ketergantungan obat, hubungan interpersonal yang terganggu, akan mempengaruhi hubungannya dengan klien.
            Perawat mungkin menolak dan mengatakan ia dapt memisahkan hubungan profesional dengan kehidupan pribadi. Hal ini tidak mungkin pada asuhan kesehatan jiwa karena perawat memakai dirinya secara terapeutik dalam emnolong klien/
            Perawat yang efektif adalah perawat yang dapat memenuhi dan memuaskan kehidupan pribadi serta adaptasi yang sehat. Perawat yang efektif adalah perawat yang dapat memnuhi dan memuaskan kehidupan pribadi serta tidak didominasi oleh konflik,distres, atau pengingkaran dan memperlihatkan perkembangan serta adaptasi yang sehat. Perawat diharapkan bertanggung jawab atas perilakunya, sadar akan kelemahan dan kekurangannya.

Hubungan terapeutik

Hubungan terapeutik antara perawat-klien adalah hubungan kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik.
Dalam proses, perawat membina hubungan sesuai dengan tingkat perkembangan klien dengan mendorong perkembangan klien dalam menyadari dan mengidentifikasi masalah dan membantu pemecahan masalah dan membantu pemecahan masalah. Menurut ahli pendidikan, anak membutuhkan asuhan dan pengalaman belajar agar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab . Perawat memberi umpan balik dan alternatif pemecahan dan klien dapat memakai informasi untuk menangani masalah yang belum dipecahkan secara konstruktif.
Proses berhubungan perawat-klien dapat dibagi dalam 4 fase yaitu:

1.      Fase Prainteraksi
2.      Fase Perkenalan dan orientasi
3.      Fase Kerja
4.      Fase Terminasi

Komunikasi Terapeutik
           
Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan karena:
  1. Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik Dalam komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran
  2. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain.
  3. Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat-klien yang terapeutik tidak mungkin terjadi tanpa komunikasi.

Sikap Perawat Dalam Komunikasi

Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) pada waktu berkomunikasi dengan klien. Perawat tidak cukup hanya mengetahui tekhnik komunikasi dan isi komunikasi tetapi yang sangat penting adalah sikap atau penampilan dalam berkomunukasi.    
Egan (dikutip oleh Kozier dan erb 198, h. 372) mengidentifikasi lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu:
  1. Berhadapan. Arti dari posisi ini adalah ’saya siap untuk anda’
  2. Mempertahankan kontak mata
  3. Membungkuk kearah klien
  4. Mempertahankan sikap terbuka
  5. Tetap rileks

Tekhnik Komunikasi Terapeutik

  1. Mendengar (listening). Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk berbicara. Perawat harus mendengar secara aktif
  2. Pertanyaan terbuka (broad opening). Memberi kesempatan untuk memilih, contoh : apakah yang sedang saudara pikirkan?. Beri dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan , ”saya mengerti”
  3. Mengulang(restating). Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien.
  4. Klarifikasi. Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah.
  5. Refleksi.
  6. Memfokuskan
  7. Membagi Persepsi
  8. Identifikasi tema
  9. Diam
  10. Informing
  11. Saran

0 komentar:

Posting Komentar